{Rerupa}

Rerupa Blog | Created By Www.BestTheme.Net

Apakah Agama bagi Anda?

Posted by Rerupa

Apakah agama bagi Anda?
Apakah agama sejenis ruang penyucian diri dalam kerangka ketuhanan bagi kita yang merasa pernah ‘berdosa’? Tuhan yang konon maha segalanya juga maha mengerti dan maha pengampun. Memohon ampunan dari Tuhan maka harus mensucikan diri. Ketika mensucikan diri berarti akan makin terdikotomis antara yang suci dan yang haram. Karena tuhan maha penyayang umatnya juga maka konsep-konsep ketuhanan menjadi ruang eskapis paling nyaman. Hanya saja yang wajib tetap dipertahankan adalah kesadaran terhadap konsep-konsep penyucian diri yang membahayakan ketika dia begitu dikotomis, semua-mua jadi ‘surga-neraka’. Bahayanya adalah ketika kemudian kita memandang diri kita suci, kita makin mengekslusi diri kita dari yang kita anggap tidak suci. Suci identik dengan yang ‘benar’ dan lawannya jelas bernama ‘salah’.
Selengkapnya klik di sini atau judul tulisan ini.

Dari ribuan tahun lalu manusia bertikai perkara benar dan salah yang tak ada habisnya dan semua berujung pada pembunuhan masal. Dari peradaban-peradaban yang pernah ada, selalu ada sejarah peperangan terhadap yang dianggap tidak benar, untuk membuat benar mereka yang dianggap salah. Begitu mahalnya pelajaran benar-salah yang harus dibayar manusia dari peradaban-peradaban lalu tetapi sampai hari ini masih saja kerap terperosok di sekat benar-salah. Agama yang menjajikan kebenaran dan kehidupan yang lebih indah pada masa kekekalan itu tiba kemudian gagal mewujudkan damai bagi umat manusia. Agama menjadi momok mengerikan ketika dia dijadikan ruang pembenaran atas khianat-khianat kemanusiaan.  Karena agama menjadi ruang eskapis, ruang menyelamatkan diri maka ibadah menjadi kewajiban berpahala, menjadi rel menuju surga yang konon kekal. Dengan demikian agama menjadi pasar para tengkulak pahala pada keabadian, agama pun dikapitalisasi. Hitung-hitungan surga-neraka mewarnai kepompong bernama agama tersebut, tuhan hanya menjadi simbol yang dikultuskan, kehilangan esensi. Tindakan-tindakan yang kemudian dilabeli ‘kehendak tuhan’ perlu dipertanyakan, tuhan yang mana? Yang ada dalam diri kita sebagai consciousness atau unconsciousness? Bagaimana jika itu ternyata ego kita yang hanya kita labeli?


Saya yakin agama tidak bermaksud mencerahkan sepihak, tetapi mencerahkan bagi semua. Jika keber-agama-an kita masih mencerahkan bilik kita saja, mungkin cara beragama yang seperti itu yang menyesatkan karena membuat bilik-bilik lain remang atau gulita. 


Terlalu takut dalam bertindak karena ancaman surga-neraka dalam kerangka beragama menurut saya hanya akan menjadi hukuman atas diri kita yang manusia,yang fana. Seperti menggenggam sebutit telur terlalu erat, itu hanya akan meremuk cangkang telur dan meluberkan isinya. Ideologi memang bukan agama, namun dalam agama ada ideologi-ideologi dan memateri. Dan sifat ideologi juga statis, agama juga bersifat absolut. Bila terlalu takut salah atau terlalu berani menjustifikasi salah dan benar, saya khawatir itu hanya memandulkan kita yang secara spesial diciptakan tuhan sebagai makhluk berakal. Agama menjadi penjara dinamika pikir dan beragama bagaikan kerbau dicocok hidungnya, bukan karena nyaman karena dipahami dan lebih bisa memanusiakan diri dan orang lain, tapi karena wajib or  because it’s said so.


Beragama dan bertuhan lah tapi jangan kehilangan esensi dan memalaikatkan diri. Jika manusia ditinggikan derajatnya karena kemanusiaannya, mengapa membunuh sisi-sisi kemanusiaan yang ada  sementara agama menyediakan ruang manusiawi ? Agama bukan sekedar ruang eskapis atas ketakmampuan diri menata ego, bukan juga produsen label halal bila itu menyakiti orang lain. Kasih dan adillah dalam perbuatan.


With love
Hat P.

Leave a Reply